BismiLlaahirRahmaanirRahiim
Di dalam Al-Qur'an Al-Hakim status
golongan Kafir tidak pernah disamatarafkan dengan golongan Muslimin
sejak dari zaman Nabi-Nabi terdahulu 'alaihimassalam.
Bahkan
sejak wujudnya makhluk-makhluk, Allah subhanahu wata'ala sudahpun
membedakan di antara makhlukNya yang beriman dan yang kafir kepadaNya.
Kafirnya Iblis adalah kerana sombongnya kepada Nabi Adam alaihissalam
yang tergolong dari mereka yang beriman. JanjiNya kepada Iblis yang kafir itu adalah jahannam.
Di
dalam demokrasi status seorang manusia Kafir dan Beriman, yakni;
seorang Muslim, adalah sentiasa sama sehingga satu undi seorang Kafir
adalah sama timbangan beratnya dengan timbangan undi seorang Muslim.
Seorang
Kafir itu pula dapat menentukan tahap kadar keIslaman dan keimanan
seorang Muslim di dalam demokrasi dengan adanya kuasa undi yang
dimilikinya. Ketika seseorang Muslim itu wajib untuk melaksanakan
carahidup Islamnya secara keseluruhannya, sang Kafir boleh memutuskan
yang sebaliknya keatas seorang Muslim atau seluruh masyarakat Muslim.
Persoalannya
bolehkah kita sebagai seorang Muslim mengizinkan keImanan dan keIslaman
kita ditentukan oleh orang-orang yang kafir ?. Tidakkah ini sama
seperti menyerah diri bulat-bulat kepada Iblis laknatuLlah !. Bagaimana
iman kita boleh ditambah dan dikurangkan oleh orang-orang kafir yang
pastinya adalah satu spesis dari spesis Iblis juga.
Bahkan, di
dalam demokrasi seorang yang kurang waras, maupun ahli maksiat juga
mempunyai timbangan undi yang sama dengan orang-orang kafir dan yang
beriman.
Adilkah sistem sebegini ?.
KM: Hanya Allah Yang Maha Adil terhadap semua makhluknya. Maka bersyukurlah terhadap Allah SWT tetapi jangan sekadar berkata-kata di mulut seelok-eloknya datang dari sudut hati yang paling dalam.
No comments:
Post a Comment